HMTPWK UGM

dsc00317

Perhelatan tata kota yang digelar mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada resmi berakhir pada Minggu, 13 Mei 2018 lalu. Sempat vakum selama setahun, FESTAGAMA (Festival Kota Gadjah Mada) kembali hadir pada tahun ini dengan rangkaian acara yang inovatif.

image146
Pada tahun ini FESTAGAMA mengusung tiga nilai kunci yaitu ruang ekspresi, gagasan baru, dan transfer pengetahuan. Tiga nilai kunci tersebut kemudian dibawakan dalam rangkaian acara berupa perlombaan, forum diskusi, pameran, dan panggung terbuka. Ketiga rangkaian acara mempunyai julukannya masing-masing, perlombaan bernama ‘Sayembara Warga’, forum diskusi bernama ‘Rembug Warga, pameran dan panggung terbuka yang bergabung menjadi ‘Tayuban Warga’.
Pada Maret 2018, rangkaian pertama FESTAGAMA, Sayembara Warga, mulai dilaksanakan, yaitu pembukaan lomba karya tulis ilmiah, penulisan esai, dan fotografi. Perlombaan ini menyasar siswa SMA/sederajat, mahasiswa, dan masyarakat umum dalam skala nasional. Salah satu alasan diadakannya perlombaan dengan tema ‘Hak Atas Kota’ adalah mengajak masyarakat untuk mencari solusi atau mengkritisi kondisi kota. Proses seleksi perlombaan terus berlangsung sampai menuju puncaknya yaitu tanggal 10-13 Mei 2018. Selain penjurian final, peserta yang berhasil lolos sampai tahap akhir diajak berkeliling menikmati Kota Yogyakarta. Mereka diajak berkunjung ke sejumlah objek wisata di Kota Yogyakarta, seperti Tamansari.

image331   image384
Pada tanggal 12 Mei 2018, diadakan rangkaian FESTAGAMA yang lain yaitu Rembug Warga di Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM. Rembug Warga merupakan kegiatan yang terbilang baru di FESTAGAMA. Rembug Warga adalah forum tentang perkotaan yang dapat diikuti secara gratis, oleh siapa saja.
Masih mengangkat tema yang sama, ‘Hak Atas Kota’, forum ini menghadirkan rapat pleno yang diikuti oleh delapan panel diskusi dengan satu agenda workshop. Rangkaian pertama dari Rembug Warga adalah rapat pleno dengan tema ‘Menyoal Hak Atas Kota dalam Agenda Perkotaan Dunia’ yang dibawakan oleh Ahmad Rifai dari Kota Kita, Prof. Bakti Setiawan dari PWK UGM, Paguyuban Kalijawi, dan Sri Hartoyo, Dirjen Cipta Karya Kementrian PUPR.

image1458 image1453
Kemudian pleno dilanjutkan diskusi panel sesi satu dan workshop ‘Kota Kata Data: Inovasi lewat Kombinasi Data dari Urban and Regional Dynamics Lead dan Muhammad Rheza, seorang web developer. Panel-panel yang dibawakan pada sesi satu yaitu: ‘Mempertanyakan Konsep Kota Tangguh dan Tantangan Perubahan Iklim’ yang dibawakan Retno Wihanesa dari World Research Institute, Mercy Corps Indonesia, dan Kota Kita; ‘Kopi, Literasi, Diskusi, dan Ruang Ekspresi: Memperbincangkan Ruang Alternatif di Kota’ dengan pembicara Kedai Kebun Forum, Nayaka Angger dari Kolektif Agora, dan Perpustakaan Jalanan DIY; ‘Kapan Yogya Punya Transportasi Publik yang Baik?’ dengan pembicara Wildan Abdurrahman dari ITDP Indonesia, Dinas Pehubungan DIY bagian Trans Jogja, dan Difa Tour; dan ‘Kota dan Pemukiman Informal, Diversitas atau Disparitas?’ dari Housing Resource Center, Arkom Jogja, dan Paguyuban Kalijawi.
Diskusi panel dilanjutkan lagi setelah jeda istirahat, dengan empat panel lain yaitu ‘Pendekatan Baru dalam Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Pertanian Kota (Urban Farming) dengan pembicara Jogja Berkebun, Asosiasi Petani Kota Yogyakarta, dan Lasem Urban Farming Café; ‘Teknologi dan Data, Ruang Kolaborasi Baru Menuju Warga Bedaya’ oleh Meilyana Frederika dari Pulse Lab Jakarta, Enjoy Balikpapan, dan HOT Open Street Map; ‘Konflik Pembangunan dan ‘Keistimewaan’ DIY: Tanah di Kota Milik Siapa?’ dari LBH Yogyakarta, Merawat Jogja, dan Bappeda DIY; dan terakhir ‘Aktivisme Perkotaan Lintas Generasi’ dengan pembicara Pemuda Tata Ruang, Tulus Setyo Budhi dari Yayasan Pondok Rakyat, dan Elanto Wijoyono dari Komunitas Warga Bedaya.

image282 image1188 image1246
Pada tanggal 10-13 Mei 2018, pameran dan panggung terbuka FESTAGAMA, Tayuban Warga digelar di Loop Station, belakang kantor pos besar Yogyakarta. Ada yang berbeda dengan konsep pameran yang dibawakan FESTAGAMA pada tahun ini. Selain adanya inovasi baru berupa panggung terbuka, karya yang dipamerkan dalam acara Tayuban Warga adalah karya seni serta beberapa majalah perkotaan yang disusun oleh mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Tujuan memamerkan karya seni bertemakan ‘Ilusi Inklusi’ adalah supaya isu-isu perkotaan juga dapat dinikmati oleh masyarakat yang masih awam dengan tata ruang. Seniman-seniman yang berkontribusi dalam pameran ini antara lain ANTI TANK, Barbaradoz Art Famillia, Anggiwismandaru, Kanosena, Nadiadiandra, Dede Cipon, dan belasan seniman lainnya.

image946 dsc00301 image753 image1798

Tayuban Warga kemudian dimeriahkan lagi dengan panggung terbuka yang digelar setiap sore hari. Panggung terbuka diisi oleh berbagai macam hiburan, dari kesenian tradisional, vocal group, band dengan berbagai genre, pembacaan narasi dan puisi, bahkan seni teater. Totalnya ada 26 penampil yang memeriahkan panggung terbuka antara lain Bungong, Unit Tari Bali, Komunitas Kalijawi, Sanggar Nuun, Kiara Kelana, Kepal SPI, Jogja Blues Forum, dan GIE. Tayuban Warga ini sekaligus menjadi penutup rangkaian acara FESTAGAMA tahun 2018.

 

penulis: Nawang Anandhini (PWK 2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published.